Oleh : Fatimutuz Zahro
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
Anak
usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi
dengan kualitas dan kuantiĆtas yang baik serta benar. Sering timbul masalah
terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan
ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ organ dan sistem tubuh anak.
Foodborne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama di banyak negara.
Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah
adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan
makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan
dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab
tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan
bervariasi. Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di
sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan bahwa uang jajan
anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari.
Bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal
dari rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai
kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
keamanan jajanan tersebut baik dari segi
mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang
dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi type A di 25% – 50%
sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian lain yang dilakukan suatu
lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang
sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otakotak, tahu goreng,
mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab,
pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah
ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain
cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan
kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti:
- Borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron)
- Formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat)
- Rhodamin B (pewarna merah pada tekstil)
- Methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil).
Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh
manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan
penyakit-penyakit seperti antara lain: kanker dan tumor pada organ tubuh
manusia. Belakangan juga terungkap bahwa reaksi samping makanan tertentu
ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak
sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi: gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita
autism. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala
yang sangat umum seperti: pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan
buang air besar.
Banyak Pedagang kaki Lima (PKL) tidak tahu dan
tidak menyadari bahaya adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka
jual. BTP
ilegal menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya
murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya
sangat cerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Makanan
yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan
bersih. Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan
pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta
fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada
jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah
makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan
temperatur penyimpanan yang tidak tepat.